Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia menyampaikan peringatan serius terkait ancaman resistensi antimikroba (AMR). Berdasarkan data dan proyeksi global, BPOM memprediksi bahwa resistensi antimikroba dapat menyebabkan kematian hingga 10 juta orang per tahun di seluruh dunia jika tidak ada tindakan pencegahan dan pengendalian yang efektif. Angka yang mengerikan ini menyoroti betapa krusialnya isu ini bagi kesehatan global.
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan genetik yang membuat obat-obatan antimikroba (seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit) menjadi tidak efektif lagi dalam mengobati infeksi. Akibatnya, penyakit infeksi yang dulunya mudah diobati menjadi sulit bahkan tidak mungkin disembuhkan, meningkatkan risiko komplikasi serius dan kematian.
BPOM menyoroti beberapa faktor utama yang mempercepat terjadinya resistensi antimikroba, di antaranya adalah penggunaan antimikroba yang tidak tepat dan berlebihan pada manusia dan hewan, termasuk penggunaan antibiotik untuk infeksi virus yang tidak efektif. Selain itu, sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk juga berkontribusi pada penyebaran mikroorganisme resisten.
Prediksi kematian 10 juta orang per tahun akibat resistensi ini bukan hanya sekadar angka statistik, tetapi gambaran nyata dari ancaman kesehatan global yang semakin nyata. Jika tidak ada tindakan kolektif yang segera dan efektif, dunia akan kembali ke era sebelum ditemukannya antibiotik, di mana infeksi sederhana pun dapat berakibat fatal.
BPOM menekankan pentingnya penggunaan antimikroba secara bijak dan hanya berdasarkan resep dokter. Masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan guna mencegah penyebaran infeksi. Selain itu, penelitian dan pengembangan antimikroba baru serta alternatif pengobatan infeksi juga sangat krusial.
Pemerintah Indonesia melalui BPOM dan kementerian terkait terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya resistensi antimikroba dan mendorong praktik penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab. Kerja sama lintas sektor, termasuk dengan tenaga kesehatan, peternak, dan masyarakat umum, sangat dibutuhkan untuk mengatasi ancaman resistensi antimikroba ini.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk para pembaca, terimakasih !